Rany Octaria.

Nama lengkap di akte kelahiran dan di KTP-nya adalah Rany Octaria. Tapi dari kecil udah dipanggil Nichi. Aneh kan? Yak, dari namanya aja udah kelihatan bahwa Nichi adalah anomali. Apa yang bisa kalian tangkap dari namanya? What? Nichi lahir di bulan Oktober? Yes, you’re right, lebih tepatnya 17 Oktober. Tapi itu memang obvious banget. Sama kaya yang namanya Agustina, ngga mungkin lahir bulan Januari. Atau Mayke, ngga mungkin lahir bulan Desember. Yang lain? Apa yang bisa kalian bayangkan dari namanya aja? What? Sok ’Inggris’? Hahahaha. Ada benernya juga sih. Udah jelas-jelas berdarah campuran Bogor-Jakarta, Rany-nya sok-sok-an pake ’y’ dan bukan Rani. Octaria-nya juga, diambil dari October dan bukan Oktaria. Tapi Nichi aslinya sama sekali ngga kebarat-baratan kok. Malahan dia low-profile banget. Bener-bener apa adanya.

Nichi adalah anak satu-satunya di keluarganya. Semua kasih sayang orangtuanya udah pasti mengalir buat dia. Alih-alih jadi anak manja, justru Nichi tumbuh jadi anak yang sangat mandiri dan pintar. Even kalian baru ketemu Nichi sekarang pun, you will notice that. Gw kenal sama Nichi sejak kita sekelas pas SMA. Gw sekelas sama dia tiga tahun berturut-turut, meski pas kelas 3 dia pindah ke US lantaran ikut program pertukaran pelajar AFS. Kelas 1 gw sebangku sama Wuri dan kelas 2 gw sebangku sama Nichi. Well, sebenernya gw udah satu sekolah sama Nichi dari SMP, tapi kita beda kelas terus jadi ngga pernah ketemu. Kebetulan gw juga ngga pernah ikutan Drum Band, ekskul yang aktif dia ikutin waktu SMP dulu (she’s a majorette anyway). Singkat cerita, sejak SMA-lah gw mulai mengenali karakter seorang Nichi.

Waktu SMA, Nichi adalah seorang pelajar teladan. Semua murid tahu itu. Bagaimana tidak, Nichi aktif mengikuti berbagai perlombaan pelajaran waktu itu. Bahkan waktu SMP, dia pernah dikirim beberapa hari ke Jepang dan berdialog di sana. Waktu SMA, dia pernah menyabet berbagai penghargaan seperti pelajar teladan tingkat Jawa Barat sampe pelajar teladan tingkat Nasional. Bahkan dia bisa menang lomba Kartini of the Year mengalahkan kontestan lainnya. Pokoknya hampir setiap upacara bendera, nama Nichi langganan dipanggil ke atas pentas untuk menerima piala. Can you imagine that? Suddenly Nichi menjadi murid favorit para guru. Seperti yang pernah dikatakan almarhum ibunya dulu : ”Kalau mau diingat guru, jadilah anak yang paling pinter atau anak yang paling bodoh”. Dan tentunya Nichi diingat karena dia yang paling bersinar di kelas.

Dulu, Nichi memang termasuk nerd student, tapi dia ngga pelit ilmu. Tapi dia juga kesel ngajarin orang yang lamaaaa banget bisa nangkep apa yang dia ajarin (well, termasuk gw waktu itu). Tiap ujian dia ngga pernah nyontek dan ngasih contekan. Dia jarang ikutan HER alias pengulangan ujian. Nichi paling jago di Matematika, Bahasa Inggris, Fisika dan Biologi. Tapi dia juga suka mempelajari sejarah. Walaupun rumahnya jauh di Ciampea, tapi dia jarang terlambat masuk kelas. Bahkan, jam setengah tujuh pun udah stand by di kelas.

Meski pun prestasi belajarnya di atas rata-rata, tapi dia tetap les Bahasa Inggris. Dia tetap mengikuti Bimbel waktu mau SPMB. Dia paling kesel setiap ada orang yang bilang : “Aaahh Nichi mah pasti bisa masuk UI, Nichi kan pinter”. Dia tahu dia pinter, tapi dia tetap ngga yakin bisa jebol FKUI atau ngga. Meski kegiatan belajarnya segudang, tapi Nichi masih sempet ikutan ekskul nari karena memang itu hobinya. Nichi juga suka nyanyi, apalagi lagu Beyonce. Nichi juga dulu suka banget sama astronomi, sampe bela-belain nginep di sekolah buat neropong dan lihat rasi bintang (yang tentunya ngga ‘gw’ banget). Tapi kayanya sekarang dia udah mulai ninggalin aktivitas itu. Dulu juga Nichi rajin nulis jurnal, tapi kayanya sejak kuliah udah ngga diterusin. Waktu jaman SMA kita sempet punya Buchat alias Buku Curhat gitu dimana yang ngisi ganti-gantian. Tapi sekarang karena udah kepisah-pisah, jadinya dibikin virtual aja Buchat-nya. Hehehe.

Waktu SMA, mungkin Nichi memang kurang interested mengikuti ekskul pramuka or even OSIS, meski dia pernah mengakui bahwa dia pernah ditawarin posisi tertentu di OSIS hanya karena dia seorang bintang pelajar. Tapi tawaran itu dia tolak. Maybe it’s just not her style, to lead people and yelling about student’s rights or whatsoever. Yeah, OSIS kan tanpa kita sadari atau tidak, akan membentuk kita menjadi politisi nantinya. Apalagi waktu itu mah, wacana yang beredar adalah OSIS itu hanya untuk orang-orang yang mau numpang popular, orang yang haus kekuasaan, orang suka nindas orang lain dan lain sebagainya. Meski gw tahu memang ngga semuanya kaya gitu, toh ada kok beberapa orang yang memang tulus mau memperjuangkan hak kita sebagai murid.

Waktu itu gw, Wuri, dan beberapa temen lainnya berkesempatan menjemput Nichi yang baru pulang dari Amerika. Yes, Nichi sempat mengenyam pendidikan selama setahun di Montessori Academy, Nashville, Tennessee. Dia ikutan program pertukaran pelajar yang diselenggarakan oleh AFS yang juga banyak diikuti banyak orang seperti Anis Baswedan. Meski bukan di New York atau LA, tapi dia ngga pernah mempermasalahkan hal itu. Tujuan dia ikutan AFS pun bukannya untuk membawa harum nama Indonesia or whatsoever. Tapi semata-mata karena emang dia pengen nyobain tinggal di US ajah.. Hehehehehe..

Btw, waktu SMA dulu pernah ada seorang teman yang iseng-iseng nanya ke gw, gimana rasanya duduk bareng Nichi? Lu jadi ketularan pinter ngga? Well, is that even appropriate to be asked? Waktu itu gw cuma jawab : “Rasanya? Biasa aja”. I mean, gw sih ngga mempedulikan mau duduk sama siapa aja, or even temenan sama siapa aja. Begitu juga Nichi. Nichi ngga pernah mau di-stereotype-kan oleh orang. Sekarang saat Nichi sudah menginjak masa-masa kuliah, dia ngga mau menjadi sosok ideal seorang mahasiswa kedokteran yang harusnya begini dan biasanya ngga pernah begitu. Dia tetap melakukan apa yang dia suka selama itu ngga mengganggu orang lain.

Di sela-sela padatnya jadual kuliah seorang mahasiswa kedokteran, apalagi anak FKUI, Nichi masih bisa ikutan club Bahasa Inggris untuk lebih memperdalam kemampuan Bahasa Inggrisnya. Nichi juga pernah ngajar Bahasa Inggris buat para perawat di Rumah Sakit tempat almarhum ibunya dulu mengajar ilmu keperawatan kepada para perawat baru itu. Setiap Sabtu, Nichi dan teman-temannya buka lapak di Senayan untuk menawarkan pemeriksaan gula darah, kolesterol dan asam urat. Bisa juga periksa tekanan darah dan konsultasi kesehatan lainnya. Selain buat latihan, kegiatan itu juga dijadikan pendapatan tambahan. Selain itu, Nichi juga membuka jasa translate Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia or vice versa. Belakangan Nichi juga jualan produk Bali Ratih (yang sebenernya gw ngga begitu tertarik make yang begituan). She really knows how to make money using her brain and her abilities.

Oh come on guys. How can med students survive if their parents are not billionaire?

Nichi sekarang tinggal berdua sama bapaknya. Dan mereka bahagia. Waktu dia sms gw memberitahukan bahwa ibunya meninggal, gw yang waktu itu masih di Malaysia langsung shocked. I mean, kenapa nasib dia jadi sama kaya nasib gw begini? Nichi deserves a happy life. She’s a good girl. Dan gw langsung teringat sama pesan almarhum ibunya Nichi dulu : “Ege, Nichi ngerti kedokteran, dia ngerti penyakit tante. Nichi juga kayanya ngerti kalau hidup tante ngga lama lagi. Nanti titip Nichi yah”. Oh God.

Sekarang, semua memang udah banyak berubah. Tapi Nichi masih tetap seperti yang dulu. Kesibukannya sebagai mahasiswa kedokteran tetep ngga merubah jiwa sosialnya yang tinggi. Nichi sekarang memang aktif organisasi dan gabung di Pengmas FKUI. Dia yang menginisiasi bakti sosial untuk anak-anak yatim dan kegiatan sosial lainnya. Nichi juga masih tetap hobi nari, meski sekarang tariannya lebih ke hiphop. Dia juga suka praktekin yoga. Malah dulu sempat ’menjerumuskan’ gw untuk ikutan Celebrity Fitness juga. Ahahahahay..

Nichi juga masih addicted sama berita. Dia tetap setia dengerin Elshinta. Dia juga yang ngenalin gw sama Anderson Cooper. Dia masih hobi nonton serial DVD. Dia yang ngenalin gw sama Heroes, Grey’s Anatomy, House dan yang lagi nge-tren sekarang : Glee. Nichi juga hobi nonton pertandingan Persija dan PSSI. Dia yang ngenalin gw sama Ferry Rotinsulu. Nahhh. Yang ini nih yang belum kesampean sampe sekarang. Dia udah pernah nonton Persija live dari Gelora Bung Karno, sedangkan gw belum. Hahahaha..

Nichi juga sangat alert sama gossip-gossip. Dia yang lebih dulu tahu kalo Lindsay Lohan is a lesbian. Dia yang lebih tahu kalau anaknya Sheila Marcia itu adalah anaknya Anji Drive. Dia suka baca ELLE, dan majalah luar negeri lainnya. Dia juga suka baca novel-nya Sophie Kinsella (jaman SMA dulu, demen banget dia sama Chicklit). Dia bisa bedain mana tas Louis Vuitton asli, dan mana yang palsu. Dia juga cinta setengah mati sama Jason Mraz and John Mayer. Dan masih banyak lagi. Oh iya, Nichi juga dulu seneng banget melihara anjing. Tapi kalau ngga salah sekarang anjingnya udah mati semua. Malah ada yang diculik. Ckckckc.

Satu yang bad habitnya Nichi, dia suka jajan and makan sembarangan. Alhasil, dia suka sakit perut dan sakit-sakit aneh lainnya. Jam makannya ngga karu-karuan. Aneh, dokter kok gampang sakit. Hehehe. Nichi harus lebih memperhatikan kesehatannya sendiri nih, sebelum memperhatikan kesehatan orang lain. Dia juga kadang-kadang suka spend money untuk barang yang bukan-bukan. Kalau udah masuk mall, begitu ’laper mata’, langsung deh tu dibeli satu piece baju or sepasang sepatu..

Bicara soal aset bangsa, Nichi adalah seorang aset bangsa. Dia yang bikin gw percaya bahwa di Indonesia masih banyak orang pinter. Dia yang bikin gw percaya bahwa Indonesia bisa lebih baik. Udah dari jaman SMA gw mendukung dia kalau emang dia mau maju mencalonkan diri di kontes kaya Putri Indonesia or Miss Indonesia. Tapi Nichi selalu menolak. Mungkin, yah, dia memang kurang minat ikut ajang-ajang begituan. Sekarang, Nichi punya pacar (ehem!). Dan gw mendukung dia sama pacarnya. Tadinya mau gw ’fit and proper test’ dulu, tapi ternyata udah keburu jadian. Hahahahaha.. Jangan salah loh, entah udah berapa cowok dia tolak waktu di SMA dulu. Dan nolaknya pun ya ngga tanggung-tanggung. Kalau emang dia ngga suka, ya dia akan bilang kalo dia ngga suka. Ngga cuma soal cowok, ke temen-temennya pun dia spontan aja. Malah kadang pake Bahasa Sunda kasar. Ahahahahaay.. Ngga ada tuh yang namanya menjaga hati si A atau si B. Kadang-kadang omongannya emang ngga bisa dikontrol. Like she always said : ”I say what I mean, and I mean what I say”.

Nichi pernah bilang kalau dia mau jadi staf dokter di RSCM. Dia pengen ngerasain gimana rasanya menyelamatkan nyawa manusia. Dia pengen ikutan tim dokter yang menangani Bilqis, misalnya. Atau untuk kasus-kasus lainnya. Dan gw yakin dia bisa. Dia akan menjadi dokter yang sukses suatu hari nanti.

Satu hal yang pasti, Nichi ngga suka orang jadi menghindar karena kepintarannya. Tapi dia juga ngga suka kalau ada yang underestimate kemampuan dia. Intinya sih, dia cuma pengen bergaul sama siapa aja. Sekarang, dia lagi mau konsentrasi sama ko-as yang udah di depan mata.

Dan buat gw, apa pun yang Nichi lakukan, gw akan selalu mendukungnya.

Farewell party di Curug Cigamea, sesaat sebelum Nichi berangkat ke Amrik.

[Bogor. 25 April 2010]

[10.15 pm]

Ps: Udah lama banget gw pengen nulis ini, Chi. Semoga abis lu baca ini, lu ngga langsung lempar sepatu lu ke gw ya chi. Hehehehe..

<!–[if !mso]> <! st1\:*{behavior:url(#ieooui) } –>

Rany Octaria.

Nama lengkap di akte kelahiran dan di KTP-nya adalah Rany Octaria. Tapi dari kecil udah dipanggil Nichi. Aneh kan? Yak, dari namanya aja udah kelihatan bahwa Nichi adalah anomali. Apa yang bisa kalian tangkap dari namanya? What? Nichi lahir di bulan Oktober? Yes, you’re right, lebih tepatnya 17 Oktober. Tapi itu memang obvious banget. Sama kaya yang namanya Agustina, ngga mungkin lahir bulan Januari. Atau Mayke, ngga mungkin lahir bulan Desember. Yang lain? Apa yang bisa kalian bayangkan dari namanya aja? What? Sok ’Inggris’? Hahahaha. Ada benernya juga sih. Udah jelas-jelas berdarah campuran Bogor-Jakarta, Rany-nya sok-sok-an pake ’y’ dan bukan Rani. Octaria-nya juga, diambil dari October dan bukan Oktaria. Tapi Nichi aslinya sama sekali ngga kebarat-baratan kok. Malahan dia low-profile banget. Bener-bener apa adanya.

Nichi adalah anak satu-satunya di keluarganya. Semua kasih sayang orangtuanya udah pasti mengalir buat dia. Alih-alih jadi anak manja, justru Nichi tumbuh jadi anak yang sangat mandiri dan pintar. Even kalian baru ketemu Nichi sekarang pun, you will notice that. Gw kenal sama Nichi sejak kita sekelas pas SMA. Gw sekelas sama dia tiga tahun berturut-turut, meski pas kelas 3 dia pindah ke US lantaran ikut program pertukaran pelajar AFS. Kelas 1 gw sebangku sama Wuri dan kelas 2 gw sebangku sama Nichi. Well, sebenernya gw udah satu sekolah sama Nichi dari SMP, tapi kita beda kelas terus jadi ngga pernah ketemu. Kebetulan gw juga ngga pernah ikutan Drum Band, ekskul yang aktif dia ikutin waktu SMP dulu (she’s a majorette anyway). Singkat cerita, sejak SMA-lah gw mulai mengenali karakter seorang Nichi.

Waktu SMA, Nichi adalah seorang pelajar teladan. Semua murid tahu itu. Bagaimana tidak, Nichi aktif mengikuti berbagai perlombaan pelajaran waktu itu. Bahkan waktu SMP, dia pernah dikirim beberapa hari ke Jepang dan berdialog di sana. Waktu SMA, dia pernah menyabet berbagai penghargaan seperti pelajar teladan tingkat Jawa Barat sampe pelajar teladan tingkat Nasional. Bahkan dia bisa menang lomba Kartini of the Year mengalahkan kontestan lainnya. Pokoknya hampir setiap upacara bendera, nama Nichi langganan dipanggil ke atas pentas untuk menerima piala. Can you imagine that? Suddenly Nichi menjadi murid favorit para guru. Seperti yang pernah dikatakan almarhum ibunya dulu : ”Kalau mau diingat guru, jadilah anak yang paling pinter atau anak yang paling bodoh”. Dan tentunya Nichi diingat karena dia yang paling bersinar di kelas.

Dulu, Nichi memang termasuk nerd student, tapi dia ngga pelit ilmu. Tapi dia juga kesel ngajarin orang yang lamaaaa banget bisa nangkep apa yang dia ajarin (well, termasuk gw waktu itu). Tiap ujian dia ngga pernah nyontek dan ngasih contekan. Dia jarang ikutan HER alias pengulangan ujian. Nichi paling jago di Matematika, Bahasa Inggris, Fisika dan Biologi. Tapi dia juga suka mempelajari sejarah. Walaupun rumahnya jauh di Ciampea, tapi dia jarang terlambat masuk kelas. Bahkan, jam setengah tujuh pun udah stand by di kelas.

Meski pun prestasi belajarnya di atas rata-rata, tapi dia tetap les Bahasa Inggris. Dia tetap mengikuti Bimbel waktu mau SPMB. Dia paling kesel setiap ada orang yang bilang : “Aaahh Nichi mah pasti bisa masuk UI, Nichi kan pinter”. Dia tahu dia pinter, tapi dia tetap ngga yakin bisa jebol FKUI atau ngga. Meski kegiatan belajarnya segudang, tapi Nichi masih sempet ikutan ekskul nari karena memang itu hobinya. Nichi juga suka nyanyi, apalagi lagu Beyonce. Nichi juga dulu suka banget sama astronomi, sampe bela-belain nginep di sekolah buat neropong dan lihat rasi bintang (yang tentunya ngga ‘gw’ banget). Tapi kayanya sekarang dia udah mulai ninggalin aktivitas itu. Dulu juga Nichi rajin nulis jurnal, tapi kayanya sejak kuliah udah ngga diterusin. Waktu jaman SMA kita sempet punya Buchat alias Buku Curhat gitu dimana yang ngisi ganti-gantian. Tapi sekarang karena udah kepisah-pisah, jadinya dibikin virtual aja Buchat-nya. Hehehe.

Waktu SMA, mungkin Nichi memang kurang interested mengikuti ekskul pramuka or even OSIS, meski dia pernah mengakui bahwa dia pernah ditawarin posisi tertentu di OSIS hanya karena dia seorang bintang pelajar. Tapi tawaran itu dia tolak. Maybe it’s just not her style, to lead people and yelling about student’s rights or whatsoever. Yeah, OSIS kan tanpa kita sadari atau tidak, akan membentuk kita menjadi politisi nantinya. Apalagi waktu itu mah, wacana yang beredar adalah OSIS itu hanya untuk orang-orang yang mau numpang popular, orang yang haus kekuasaan, orang suka nindas orang lain dan lain sebagainya. Meski gw tahu memang ngga semuanya kaya gitu, toh ada kok beberapa orang yang memang tulus mau memperjuangkan hak kita sebagai murid.

Waktu itu gw, Wuri, dan beberapa temen lainnya berkesempatan menjemput Nichi yang baru pulang dari Amerika. Yes, Nichi sempat mengenyam pendidikan selama setahun di Montessori Academy, Nashville, Tennessee. Dia ikutan program pertukaran pelajar yang diselenggarakan oleh AFS yang juga banyak diikuti banyak orang seperti Anis Baswedan. Meski bukan di New York atau LA, tapi dia ngga pernah mempermasalahkan hal itu. Tujuan dia ikutan AFS pun bukannya untuk membawa harum nama Indonesia or whatsoever. Tapi semata-mata karena emang dia pengen nyobain tinggal di US ajah.. Hehehehehe..

Btw, waktu SMA dulu pernah ada seorang teman yang iseng-iseng nanya ke gw, gimana rasanya duduk bareng Nichi? Lu jadi ketularan pinter ngga? Well, is that even appropriate to be asked? Waktu itu gw cuma jawab : “Rasanya? Biasa aja”. I mean, gw sih ngga mempedulikan mau duduk sama siapa aja, or even temenan sama siapa aja. Begitu juga Nichi. Nichi ngga pernah mau di-stereotype-kan oleh orang. Sekarang saat Nichi sudah menginjak masa-masa kuliah, dia ngga mau menjadi sosok ideal seorang mahasiswa kedokteran yang harusnya begini dan biasanya ngga pernah begitu. Dia tetap melakukan apa yang dia suka selama itu ngga mengganggu orang lain.

Di sela-sela padatnya jadual kuliah seorang mahasiswa kedokteran, apalagi anak FKUI, Nichi masih bisa ikutan club Bahasa Inggris untuk lebih memperdalam kemampuan Bahasa Inggrisnya. Nichi juga pernah ngajar Bahasa Inggris buat para perawat di Rumah Sakit tempat almarhum ibunya dulu mengajar ilmu keperawatan kepada para perawat baru itu. Setiap Sabtu, Nichi dan teman-temannya buka lapak di Senayan untuk menawarkan pemeriksaan gula darah, kolesterol dan asam urat. Bisa juga periksa tekanan darah dan konsultasi kesehatan lainnya. Selain buat latihan, kegiatan itu juga dijadikan pendapatan tambahan. Selain itu, Nichi juga membuka jasa translate Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia or vice versa. Belakangan Nichi juga jualan produk Bali Ratih (yang sebenernya gw ngga begitu tertarik make yang begituan). She really knows how to make money using her brain and her abilities.

Oh come on guys. How can med students survive if their parents are not billionaire?

Nichi sekarang tinggal berdua sama bapaknya. Dan mereka bahagia. Waktu dia sms gw memberitahukan bahwa ibunya meninggal, gw yang waktu itu masih di Malaysia langsung shocked. I mean, kenapa nasib dia jadi sama kaya nasib gw begini? Nichi deserves a happy life. She’s a good girl. Dan gw langsung teringat sama pesan almarhum ibunya Nichi dulu : “Ege, Nichi ngerti kedokteran, dia ngerti penyakit tante. Nichi juga kayanya ngerti kalau hidup tante ngga lama lagi. Nanti titip Nichi yah”. Oh God.

Sekarang, semua memang udah banyak berubah. Tapi Nichi masih tetap seperti yang dulu. Kesibukannya sebagai mahasiswa kedokteran tetep ngga merubah jiwa sosialnya yang tinggi. Nichi sekarang memang aktif organisasi dan gabung di Pengmas FKUI. Dia yang menginisiasi bakti sosial untuk anak-anak yatim dan kegiatan sosial lainnya. Nichi juga masih tetap hobi nari, meski sekarang tariannya lebih ke hiphop. Dia juga suka praktekin yoga. Malah dulu sempat ’menjerumuskan’ gw untuk ikutan Celebrity Fitness juga. Ahahahahay..

Nichi juga masih addicted sama berita. Dia tetap setia dengerin Elshinta. Dia juga yang ngenalin gw sama Anderson Cooper. Dia masih hobi nonton serial DVD. Dia yang ngenalin gw sama Heroes, Grey’s Anatomy, House dan yang lagi nge-tren sekarang : Glee. Nichi juga hobi nonton pertandingan Persija dan PSSI. Dia yang ngenalin gw sama Ferry Rotinsulu. Nahhh. Yang ini nih yang belum kesampean sampe sekarang. Dia udah pernah nonton Persija live dari Gelora Bung Karno, sedangkan gw belum. Hahahaha..

Nichi juga sangat alert sama gossip-gossip. Dia yang lebih dulu tahu kalo Lindsay Lohan is a lesbian. Dia yang lebih tahu kalau anaknya Sheila Marcia itu adalah anaknya Anji Drive. Dia suka baca ELLE, dan majalah luar negeri lainnya. Dia juga suka baca novel-nya Sophie Kinsella (jaman SMA dulu, demen banget dia sama Chicklit). Dia bisa bedain mana tas Louis Vuitton asli, dan mana yang palsu. Dia juga cinta setengah mati sama Jason Mraz and John Mayer. Dan masih banyak lagi. Oh iya, Nichi juga dulu seneng banget melihara anjing. Tapi kalau ngga salah sekarang anjingnya udah mati semua. Malah ada yang diculik. Ckckckc.

Satu yang bad habitnya Nichi, dia suka jajan and makan sembarangan. Alhasil, dia suka sakit perut dan sakit-sakit aneh lainnya. Jam makannya ngga karu-karuan. Aneh, dokter kok gampang sakit. Hehehe. Nichi harus lebih memperhatikan kesehatannya sendiri nih, sebelum memperhatikan kesehatan orang lain. Dia juga kadang-kadang suka spend money untuk barang yang bukan-bukan. Kalau udah masuk mall, begitu ’laper mata’, langsung deh tu dibeli satu piece baju or sepasang sepatu..

Bicara soal aset bangsa, Nichi adalah seorang aset bangsa. Dia yang bikin gw percaya bahwa di Indonesia masih banyak orang pinter. Dia yang bikin gw percaya bahwa Indonesia bisa lebih baik. Udah dari jaman SMA gw mendukung dia kalau emang dia mau maju mencalonkan diri di kontes kaya Putri Indonesia or Miss Indonesia. Tapi Nichi selalu menolak. Mungkin, yah, dia memang kurang minat ikut ajang-ajang begituan. Sekarang, Nichi punya pacar (ehem!). Dan gw mendukung dia sama pacarnya. Tadinya mau gw ’fit and proper test’ dulu, tapi ternyata udah keburu jadian. Hahahahaha.. Jangan salah loh, entah udah berapa cowok dia tolak waktu di SMA dulu. Dan nolaknya pun ya ngga tanggung-tanggung. Kalau emang dia ngga suka, ya dia akan bilang kalo dia ngga suka. Ngga cuma soal cowok, ke temen-temennya pun dia spontan aja. Malah kadang pake Bahasa Sunda kasar. Ahahahahaay.. Ngga ada tuh yang namanya menjaga hati si A atau si B. Kadang-kadang omongannya emang ngga bisa dikontrol. Like she always said : ”I say what I mean, and I mean what I say”.

Nichi pernah bilang kalau dia mau jadi staf dokter di RSCM. Dia pengen ngerasain gimana rasanya menyelamatkan nyawa manusia. Dia pengen ikutan tim dokter yang menangani Bilqis, misalnya. Atau untuk kasus-kasus lainnya. Dan gw yakin dia bisa. Dia akan menjadi dokter yang sukses suatu hari nanti.

Satu hal yang pasti, Nichi ngga suka orang jadi menghindar karena kepintarannya. Tapi dia juga ngga suka kalau ada yang underestimate kemampuan dia. Intinya sih, dia cuma pengen bergaul sama siapa aja. Sekarang, dia lagi mau konsentrasi sama ko-as yang udah di depan mata.

Dan buat gw, apa pun yang Nichi lakukan, gw akan selalu mendukungnya.

[Bogor. 25 April 2010]

[10.15 pm]

Ps: Udah lama banget gw pengen nulis ini, Chi. Semoga abis lu baca ini, lu ngga langsung lempar sepatu lu ke gw ya chi. Hehehehe..


About this entry