Teman baru itu bernama iwabil.

Iwabil, katanya sih singkatan dari Ikatan Wartawan Labil. Ada milis-nya dengan nama yang sama, tempat menampung seluruh transkripan, ketik cepat, data-data harga beli gas PGN, ekspor LNG, sampe jadwal konser dan jadwal pertandingan bola. Dari disfungsi milis aja udah keliatan kan, kalau ‘penghuni-penghuninya’ memang masih labil.

 

Saya hadir wara-wiri liputan di Kementerian ESDM sudah cukup lama, sejak saya di-rolling dari desk makro sekitar pertengahan Maret 2011. Sudah hampir satu tahun ternyata. Saya akui memang banyak sekali perbedaannya. Pertama dari mulai isu-nya aja beda. Di makro, minimal itu APBN harus bisa dihafal di atas kepala. Harus khatam. Capek-nya lebih karena harus liputan soal rapat, rapat, dan rapat. Waktu dan energi kita bisa tersedot habis karena rapat bisa mendadak pagi-pagi sampe sore, bisa juga sampe malem kalau udah rapat di DPR. Di energi, isunya lebih teknis. Lebih to the point, riil, dan penuh sama istilah-istilah aneh yang belum pernah saya dengar dari jaman SMA. Di energi, capeknya lebih karena tinjauan ke lapangan, saat pagi-pagi harus ngunjungin pembangkit listrik, atau saat siang-siang mesti merhatiin pipa gas.

 

Perbedaan kedua, lingkungan pergaulannya. Di makro, bener-bener kaya keluarga. Dalam artian, personil-personilnya ada wartawan yang sudah matang (menghindari kata tua), banyak yang sudah berkeluarga, ada yang pasangan muda, meski masih banyak juga yang masih berdikari (menghindari kata jomblo). Jadi bener-bener kaya keluarga karena ada yang berperan jadi kakak, om, tante, adik dan abang. Di energi, lingkungan pergaulannya lebih ke pertemanan, persahabatan karena rata-rata seumuran, terutama ya yang saya sebut di atas tadi, yang tergabung dalam iwabil.

 

Saat saya di-rolling ke desk energi, iwabil sudah ada. Moderator milisnya adalah perempuan mungil berjilbab asal Jakarta Globe yang melek IT, namanya Ririn. Atau biasa dipanggil bu momod (dari kata moderator). Merasa berkepentingan di iwabil, saya pun bergabung. Setelah hampir 1 tahun liputan energi, saya merasa iwabil bukanlah satu forum resmi, komunitas, atau apa pun istilahnya untuk memberi label tertentu kepada anak-anak ini.

 

Iwabil bukan untuk menunjukkan apa pun, ini hanyalah inisiatif forum sukarela dimana bercanda dan pertemanan menjadi nafasnya. Ohh guys come on, kita nulis berita energi dari hari ke hari aja udah serius, janganlah diseriusin lagi dalam pertemanan sehari-hari. Anak-anak iwabil berasal dari media yang berbeda-beda, ada yang koran nasional, ada yang berbahasa inggris, ada yang media online. Berteman, tapi kita tetap bersaing secara sehat.

 

Saya ngga pernah menyangka saya bakal sedekat ini sama anak-anak iwabil. Sekelompok orang yang awalnya stranger, tapi ternyata bisa mengambil peran cukup istimewa dalam hidup saya. Memasuki Februari menuju Maret, artinya sudah hampir 1 tahun saya di desk energi. Sebelum saya dicabut dari comfort zone ini dan di-rolling ke desk lain, saya ingin mengingat kembali satu demi satu personil iwabil yang biasa liputan di ESDM dan nongkrong di presroom.

 

Sekalian saya mau ngucapin makasih, kalian udah menjadi bagian dari hidup saya. Maaf, tapi saya orangnya memang begini, sensitif. Melankolis, mudah galau. Hahahaha.. Mumpung sempet, ini memang sudah saya niatkan untuk menulis tentang iwabil. Saya takut ngga kesampaian seperti waktu saya tiba-tiba di-rolling dari makro, padahal saya lagi gemes-gemesnya sama Forkem. Saya seneng karena bisa ikut hadir waktu pemilihan Ketua Forkem, seneng waktu bisa ikutan main futsal membela Forkem, seneng karena bisa karaoke-an gila bareng anak-anak banteng, seneng bisa kesampaian piknik bareng di Kebun Raya Bogor.. tapi ternyata saya ngga bisa lama-lama di banteng, cuma sekitar 6 bulan. Langsung lemes pas tahu begitu cepatnya saya ‘dipindahkan’ dari keluarga di banteng. But that’s life anyway. Banteng tetap keluarga saya. Dan iwabil adalah sahabat.

 

Kembali ke iwabil, malam ini saya ingin mengingat satu demi satu personilnya. Disclaimer : ini murni hanya hasil pengamatan saya lho ya, kalau ternyata tidak sesuai dengan kenyataan, berarti yang bersangkutan lagi jaim aja. Hahahahaha.. Oke, kita mulai.

 

Ririn, Jakarta Globe.

Udah sempet saya singgung sedikit tadi di awal-awal. Dia mengklaim dirinya melek IT. Lebih pinter dari smartphone. Memiliki segala akses ke kartu kredit dan saldonya tebal. Sering dimintain tolong kredit handphone, beli pulsa, sampe beli tiket konser. Tapi hati-hati, setelah anda gajian, bisa langsung ditodong suruh bayar utang. Salah satu tulisan karyanya pernah dianugerahi jurnalistik award. Meski orangnya pelit, tapi kalau soal membagi sedikit rezeki, dia ngga pernah pelit. Ririn adalah orang paling kepo sedunia. Dan dia sangat bangga dengan ke-kepo-annya itu. Buat anda yang ngga tahu kepo itu apa, bisa tanya Google atau tanya ke Ririn langsung juga ngga apa-apa. Ririn bisa tahu gosip mulai dari siapa dibalik penyanyi ‘Hamil Duluan’, sampe ke soal perceraian Demi Moore. Meski badannya mungil, tapi dia berani menjelajah Thailand dan Korea sendirian. Ririn membuat saya mengingat kembali kejayaan boyband di era 1990-2000 setelah saya mendengar ringtone Backstreet Boys-nya. Tapi kami prihatin saat melihat Ririn harus ngobrol sama kucing suatu hari di depan presroom ESDM. Kami juga prihatin saat membaca tweet-nya di kala dia harus berjuang mengusir kecoak di kosannya, atau saat dia harus ngobrol sama dinding kamarnya. Jadi mohon kalau ada yang punya temen atau sodara cowok, mungkin bisa dikenalin.

 

Ayu, Investor Daily.

Perempuan berjilbab ini sebenernya seumuran sama saya, tapi dia selalu manggil saya mbak. Ngga tahu kenapa. Saya salut saat ditinggal ibunya, dia bisa mengontrol diri dan tidak terlihat begitu sedih. Ayu menjalani long-harddisk-relationship dengan pacarnya di Semarang. Ayu ini pinter, pernah menjalani hidup sebagai murid akselerasi saat SMA-nya dulu. Saya suka ngga ngerti saat Ayu-Ririn-Rangga berbincang pakai Bahasa Jawa. Kalau kata Mare (Nurismarsyah-red), serasa di lingkungan pers daerah. Dia adalah wartawan pertama yang saya temukan memakai Linux di netbook-nya. Oh iya, Ayu adalah penggemar band-band Jepang dan boyband Korea, terutama Chang Min dengan DBSK-nya. Dia ngga akan segan-segan nyanyi Ready Steady Go saat karaoke, selain lagu Every Heart-nya BOA. Momen paling lucu buat saya adalah, Ayu suka ngomentarin video clip yang diputer waktu karaoke dan meng-Indonesiakan video clip itu. Misalnya kaya waktu video clip Bring Me To Life-nya Evanescene, dia pernah bilang ‘ih itu mbaknya naik-naik dinding’, lengkap dengan logat jawa-nya. Sebutan ‘mbak-nya’ itu membuat si vokalis kaya lagi syuting di daerah Prambanan, padahal syutingnya di AS. Oh iya satu lagi, Ayu ini males banget jalan kaki. Tapi kalau lagi ngejar bis ke Bekasi, pasti langsung lari.

 

Rangga, The Jakarta Post.

Suka berpose aneh di atas rumput, sehingga sekilas mirip Ongky Alexander. Suka berpose narsis di pinggir pantai atau depan kamar hotel, sehingga sekilas mirip Dugong. Itu semua julukan yang dikasih sama si Gusti, dan saya rasa ada benernya. Laki-laki berkulit gelap dan berpostur tinggi ini secara fisik terlihat menonjol dibanding laki-laki seusianya. Kalau duduk di angkot atau bis, pasti kakinya ngga muat. Rangga berkhayal bisa sixpacks dan menguruskan badan setelah nge-gym. Rangga adalah wartawan cowok pertama yang saya temukan vegetarian. Oh iya, ini orang suka random abis. Di sela-sela konferensi pers, dia bisa tiba-tiba nge-tweet aneh-aneh dan men-cc-kan ke kita-kita, misalnya berita di Detik soal ‘5 hal yang tidak disukai cowok’, dan kemudian di cc-kan ke cewek-cewek. Di saat orang-orang lagi pada bikin berita di presroom, dia bisa tiba-tiba browsing situs primbon dan mulai memecah konsentrasi orang-orang. Sama kaya Ayu, Rangga juga menjalani LDR sama pacarnya di Batam. Dan dia takut banget sama pacarnya itu. Dia juga.. ehh, udah deh yaa ngga usah dilanjutin. Hahahaha.. Oh iya, walaupun menderita narsis akut, tapi skill Bahasa Inggris-nya Rangga top banget. IELTS-nya 7,5 cuy! Sampe sekarang, Rangga masih terus nyari-nyari beasiswa S2. Oh iya, diem-diem Rangga punya affair sama Saugy, wartawan Okezone.com. Sempat terlontar dari mulutnya bahwa dia pengen dipanggil ‘mas’ sama si Saugy. Sering juga ngerokok bareng Saugy di depan presroom.

 

Gusti, Koran Tempo.

Nah, kalau perempuan yang ini.. saya agak kehabisan kata-kata nih. Hahahahaa.. lulus dari fakultas hukum tidak membuat dia selalu menaati peraturan. Termasuk, ketika dia tidak disuruh liputan kedatangan artis Korea, dia merelakan diri untuk liputan. Kalau lagi deketin narsum, ngga bakalan nanggung-nanggung. Dulu, waktu Darwin Zahedy Saleh masih menjabat sebagai Menteri ESDM, dia pasti kenal banget sama Gustidha dari Koran Tempo. Darwin juga ngga pernah absen buat sms-in Gusti tiap Jumat. Gusti adalah warga setempat, alias rumahnya ngga jauh dari Tosari-Grand Indonesia. Rumah lho ya, bukan apartemen. Perempuan betawi ini lagi demen banget maen pantun yang diawali kalimat ‘Masak Aer…’. Sebelumnya, dia suka ber-miaw ngga jelas di presroom. Gusti juga biasa dipanggil Bu Dirut. Dialah koordinator iwabil. Saking setianya, kalau lagi jadwal libur pun dia biasa maen ke presroom. Gusti emang paling jago bikin ngiri anak-anak dengan jadwal liburnya itu. Soal boyband Korea, silakan tanya dia. Mulai dari boyband yang personilnya masih bocah sampe yang kematengan, dia tahu. Berpengalaman jadi narasumber soal Kpop dan pernah diwawancarai oleh salah satu media lokal. Dia juga yang menginisiasi gerakan menempel poster artis-artis Korea di presroom.

 

Iwan, VIVAnews.com.

Dari sekian banyak cowok-cowok labil di lingkungan ESDM, saya rasa Iwan-lah yang paling dewasa. Dia bisa lebih menguasai diri, ngga gampang galau karena selalu ada pacarnya di sampingnya, dan ngga narsis akut. Paling fleksibel, nyantai, asik dan ngga emosian. Rajin liputan pagi padahal rumahnya deket salah satu depo Pertamina. Selain di ESDM, dia bergerilya ke BUMN, makro dan kadang-kadang ke Istana juga. Iwan adalah salah satu cowok yang rajin bawa helm dua, benar-benar gentleman nawarin tebengan ke cewek-cewek yang pulangnya kemaleman. Kalau liputan lagi ngga hectic, dia biasa maen game dulu di Facebook, di komputer presroom. Dia salah satu wartawan yang saya temui tidak menggunakan Blackberry. Malah dia diem-diem ternyata punya handphone produksi PT Inti yang punya kamus gaul yang menghebohkan itu. Kalau Iwan lagi ngomong, kedengeran banget kalau dia agak-agak cadel. Tapi itu tidak menghilangkan wibawa Iwan di depan orang-orang. Oh iya, saat ini Iwan menjabat sebagai Ketua IWEM, milis tetangga yang lebih serius. Dengan integritas yang dimilikinya, mudah-mudahan IWEM bisa lebih maju dan memberikan manfaat lebih banyak untuk penghuni-penghuninya.

 

Wilda, Indonesia Finance Today.

Mending telat makan apa telat berita? Buat Wilda, pasti mending telat makan. Mungkin itu sebabnya dia lebih milih puasa sekalian daripada jam makan jadi ngga teratur gara-gara liputan. Wilda puasanya rajin lhooo (o-nya harus panjang, biar sama ama emailnya). Dia mulai labil saat dipengaruhi anak-anak buat bikin twitter. Tapi sejak punya akun, dia malah ketagihan nge-tweet. Galau-nya mulai mereda saat mengunjungi sang pujaan hati di Jogja sana. Ya, Wilda juga LDR-an sama pacarnya. Wilda orangnya kurus, ngga jauh beda sama saya. Dia wartawan cewek pertama yang saya temukan berbehel alias berkawat gigi. Rajin nurutin permintaan redaktur, sampe akhirnya jadi malem banget baru bisa ninggalin presroom. Padahal, rumahnya di Tangerang. Ngga heran kalau badannya kurus. Wilda termasuk polos, karena harus dijelasin dulu soal 69 dan istilah-istilah lainnya yang lebih dikuasai oleh Rangga dan Ririn. Wilda juga penggemar boyband, terutama Westlife. Orangnya juga kocak dan ngga segan-segan lagi buat ngetawain sesuatu di depan orang yang lagi diomongin.

 

Begitulah.

 

Bukan temen namanya kalau saya belum tahu lagu favorit kalian waktu karaoke, atau merek tas favorit kalian; kebiasaan kalian waktu ngetik, atau kebiasaan kalian waktu lagi wawancara narasumber. Maaf kalau saya belum mengenal kalian dengan baik. Tapi sesungguhnya saya tidak ingin mengenal kalian dalam bentuk teks seperti ini, saya ingin mengenal dan mengingat kalian dalam memori utuh. Memori yang indah.

 

Semoga.

 

[Bogor. 5 Februari 2012]

[11.32 PM]

 


About this entry